HemaBook Bab 7: Bagaimana D-dimer dalam Koagulasi Berkorelasi dengan COVID-19?

Mindray 2021-02-01

gln26-s0@pc

D-dimer dalam COVID-19

Seiring dengan terus menyebarnya COVID-19 ke seluruh dunia, diagnosis serta prognosis dan pengobatan pasien COVID-19 yang cepat telah menjadi topik yang sama pentingnya di kalangan para dokter. Baru-baru ini, para ilmuwan telah menemukan bahwa COVID-19 memiliki reseptor sel inang, Angiotensin Converting Enzyme II[1] atau ACE2. Dengan bantuan ACE2, COVID-19 menyerang tubuh manusia secara cepat dengan mereproduksi dirinya sendiri secara masif, menghancurkan sel, jaringan, dan sistem mikrovaskuler yang normal, hingga menyebabkan cedera paru-paru akut, kegagalan multi-organ[2-4], dan koagulasi intravaskular yang terjadi pada 71,4% pasien yang meninggal karena COVID-19[5]. Telah diketahui secara luas bahwa D-dimer merupakan penanda biologis signifikan yang berkorelasi dengan hiperkoagulabilitas. Semakin banyak studi klinis yang juga telah mengungkapkan hubungan antara D-dimer dan COVID-19.

 

Seperti yang dipublikasikan di Jama oleh Grup Zhi Yong, dalam kelompok pasien yang meninggal (nonpenyintas) karena pneumonia yang diakibatkan oleh coronavirus baru, kadar D-dimer awalnya meningkat seiring dengan berkembangnya penyakit, hingga hari ke-7 saat kadar D-dimer melewati rentang normal, dan stabil pada kadar yang tinggi [Gambar 1 A][6]. Sebagai perbandingan, kelompok pasien yang selamat tetap berada dalam rentang kadar yang normal secara konsisten. Artikel lainnya yang diterbitkan di Lancet juga mengklaim bahwa ada korelasi yang erat antara kadar D-dimer dan tingkat kematian korban [Gambar 1 B][7]. Kesimpulan yang sama juga didapatkan dari penelitian Shah, yang menggunakan metode meta-analisis sistematis (termasuk hasil total dari 18 artikel dan 3.682 pasien) untuk menggambarkan plot forest [Gambar 1 C, D][8]. Sebagai rangkuman, pada pasien penderita COVID-19 yang mengalami gejala parah atau meninggal, kadar D-dimer lebih tinggi daripada yang ditemukan pada pasien yang mengalami gejala ringan atau yang bertahan hidup.

gln26-s1

Penerapan D-dimer pada Prognosis COVID-19

Menurut studi oleh grup Zhang, D-dimer memiliki indeks C yang tertinggi di antara semua parameter yang diuji pada pasien penderita COVID-19, yang mengindikasikan bahwa D-dimer memiliki tingkat koinsidensi prediksi tertinggi dalam metode pengujian laboratorium rutin [Gambar 3 A]. Selain itu, grup ini juga menemukan bahwa 2 μg/ml D-dimer bisa menjadi nilai batas risiko kematian COVID-19, karena DD > 2 μg/ml akan menurunkan probabilitas kelangsungan hidup secara signifikan [Gambar 2 B]. Akibatnya, mereka menetapkan dasar evaluasi dari nilai ini dan menyimpulkan bahwa ketika 2 μg/ml ditetapkan sebagai nilai ambang batas, sensitivitas 92,3% dan spesifisitas 83,3% merupakan nilai optimal dalam semua kelompok [Gambar 2 C][9].

 

Terdapat bukti yang terkait dengan peningkatan insidensi kejadian tromboemboli vena (VTE) termasuk trombosis vena dalam (DVT) dan emboli paru (PE), pada pasien dengan infeksi COVID-19 parah[9], dan D-dimer juga bisa digunakan sebagai indikator pemantauan VTE dan PE dengan nilai batas 0,55 μg/ml. Selain itu, Yao tidak hanya menemukan bahwa pasien dengan kadar D-dimer lebih dari 2 μg/ml membutuhkan perawatan intensif dan intervensi dini, namun menyarankan nilai batas 1 μg/ml bisa membantu dokter mengidentifikasi pasien dengan prognosis yang buruk[10].

gln26-s2

Kesimpulannya, D-dimer memiliki nilai klinis yang sangat besar dalam pengobatan dan prognosis COVID-19 sebagai indeks pemantauan yang bersifat sensitif. Dengan pertimbangan lingkungan mikro koagulasi yang tidak teratur pada pasien yang terinfeksi COVID-19 atau berisiko tinggi VTE yang disebabkan oleh berkurangnya kegiatan, peningkatan waktu tidur, atau pada individu yang dikarantina untuk rawat inap, pengujian D-dimer secara berkala diperlukan untuk pemantauan pengobatan penyakit secara cepat. Meskipun nilai ambang batas di atas 2 μg/ml telah dibuktikan oleh berbagai pihak peneliti yang memantau pengobatan pasien, laboratorium tetap disarankan untuk menetapkan standarnya sendiri hingga variasi demografi bisa diperhitungkan.

 

 

Solusi D-dimer Koagulasi Mindray

Penganalisis koagulasi otomatis Mindray C3100 & C3510 dilengkapi dengan mekanisme deteksi mekanik dan optik klasik. Metodologi mekanik bersifat tidak sensitif terhadap gangguan dari sampel ikterik, lipemik, chylus, dan hemolitik. Selain itu, algoritme VRIM (VLin-Rate Integrative Method) yang dipatenkan juga telah dikembangkan untuk menggabungkan “Metode Ujung Dua Titik” pada konsentrasi D-dimer yang rendah bersama dengan “Metode Pengukuran” pada tingkat yang lebih tinggi [Gambar 3]. Hal ini memungkinkan rentang linieritas yang jauh lebih luas dari hasil D-dimer bila dibandingkan dengan model lainnya di pasar [Gambar 4].

gln26-s3
gln26-s4-1
Gambar 4: Perbandingan Rentang Linearitas (tanpa pengenceran) antara Mindray dan merek lainnya

Selain itu, solusi koagulasi Mindray untuk pengujian D-dimer bersifat kurang rentan terhadap gangguan umum. Seperti yang ditunjukkan pada [Gambar 5], ketika sampel serum ditambahkan dengan bilirubin, hemoglobin, trigliserida, dan faktor reumatoid pada tingkat konsentrasinya masing-masing, hasil D-dimer tetap pada tingkat yang konstan seperti sebelumnya. Studi Perbandingan dengan Sysmex CS5100 juga menunjukkan adanya korelasi yang baik dengan R2> 97% dengan penambahan zat pengganggu.

gln26-s4-2
gln26-s4-3
Gambar 5: Studi perbandingan dengan zat pengganggu

Reagen koagulasi D-dimer Mindray diproduksi dalam keadaan cair dalam kemasan yang siap digunakan [Gambar 6], sedangkan sebagian besar alat pengujian koagulasi dibuat dalam bentuk bubuk. Penyiapan bisa dilakukan dengan cepat dan mudah menggunakan penganalisis koagulasi Mindray, cukup dengan membuka tutup dan memuat reagen D-dimer ke penganalisis.

gln26-s5
Gambar 6: Reagen koagulasi D-dimer Mindray

Referensi:

[1] Behl T., Kaur I., Bungau S., Kumar A., Uddin M. S., Kumar C., et al. (2020). The dual impact of ACE2 in COVID-19 and ironical actions in geriatrics and pediatrics with possible therapeutic solutions. Life Sci. 257, 118075. 10.1016/j.lfs.2020.118075.
[2] Tian S, Hu W, Niu L, Liu H, Xu H, Xiao SY. Pulmonary pathology of early phase 2019 novel coronavirus (COVID-19) pneumonia in two patients with lung cancer. J Thorac Oncol. 2020.
[3] Chousterman BG, Swirski FK, Weber GF. Cytokine storm and sepsis disease pathogenesis. Semin Immunopathol. 2017;39(5):517–28.
[4] Ding YQ, Bian XW. Analysis of coronavirus disease-19 (covid-19). Chin J Pathol. 2020;49(00):E003.
[5] Tang N., Li D., Wang X., Sun Z. (2020. b). Abnormal coagulation parameters are associated with poor prognosis in patients with novel coronavirus pneumonia. J. Thromb. Haemost. 18, 844–847. 10.1111/jth.14768
[6] Dawei Wang, Bo Hu ,et al. Clinical Characteristics of 138 hospitalized patients with 2019 novel Coronavirus-Infected Pneumonia in Wuhan,China[J]. JAMA. 2020.
[7] Fei Zhou., MD,a., Ting Yu., MD,b. Clinical course and risk factors for mortality of adult inpatients with COVID-19 in Wuhan, China: a retrospective cohort study. Lancet. 2020 28 March-3 April; 395(10229): 1054–1062.
[8] Shah Siddharth., Shah Kuldeep., Patel Siddharth B., Patel Foram S., Osman Mohammed., Velagapudi Poonam., Turagam Mohit K., Lakkireddy Dhanunjaya., Garg Jalaj.(2020). Elevated D-Dimer Levels Are Associated With Increased Risk of Mortality in Coronavirus Disease 2019: A Systematic Review and Meta-Analysis. Cardiol Rev, 28(6), 295-302. doi:10.1097/CRD.0000000000000330
[9] Zhang Y, Xiao M, Zhang S, et al. Coagulopathy and antiphospholipid antibodies in patients with Covid-19. N Engl J Med. 2020;382:e38.
[10] Simadibrata Daniel Martin., Lubis Anna Mira.(2020). D-dimer levels on admission and all-cause mortality risk in COVID-19 patients: a meta-analysis. Epidemiol Infect, 148(undefined), e202. doi:10.1017/S0950268820002022